LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II
PERCOBAAN II
REAKSI ASAM BASA
OLEH
NAMA : LAODE ANDIMBARA
STAMBUK : AIC3 07 013
KELOMPOK : I (SATU)
PROG. STUDI : PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN : PENDIDIKAN MIPA
LABORATORIUM UNIT KIMIA
UPT. LABORATORIUM DASAR PUSAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2008
PEURUNAN TITIK BEKU LARUTAN
A. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum penurunan titik beku larutan ini adalah agar mahasiswa nantinya diharapkan dapat menentukan:
a. Tetapan penurunan titk beku molal pelarut.
b. Berat molekul zat non volatil
B. Kajian Teori
Pembentukan
suatu larutan tidak menimbulkan pengaruh terhadap sifat-sifat kimia
zat-zat penyusun larutan tersebut. Air suling (air murni) dan air sumur
memperlihatkan reaksi yang sama saja, misalnya direaksikan dengan logam
natrium. Akan tetapi sifat-sifat fisis suatu zat yang sering berubah
tatkala zat itu menjadi komponen larutan. Pada suhu 20oC air murni pasti membeku, sedangkan air yang dicampur dengan etilen glikol (zat anti beku, “antifreeze” untuk radiator kendaraan) akan tetap cair pada suhu rendah itu (Anshory, 1994: 2).
Terdapat
empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer atau kira-kira pada
larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut
yang ada. Jadi, sifat-sifat tersebut tidak tergantung pada jenis
larutan. Keempat sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, peningkatan
titik didik, penurunan titik beku, dan tekanan osmosisi. Pada tahun
1880-an kimiawan Prancis F. M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu
zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan uap dari pelarut. Banyak
penurunan tekanan uap (DP) terbukti sama dengan hasil kali fraksi mol terlarut (XB) dan tekanan uap pelarut murni (PAo), yaitu:
DP = XB.PAo
Dalam dua larutan komponen, XA + XB = 1, maka XB = 1-XA. Juga apabila tekanan uap pelarut di atas larutan dilambangkan PA, maka P = PAo-PA. Sehingga dapat ditulis kembali menjadi:
PAo - PA = (1-XA) PAo
Dan
penataan ulang persamaan ini menghasilkan bentuk yang umum dikenal
dengan Hukum Raoult. Hukum Raoult menyatakan bahwa “Tekanan uap pelarut
di atas suatu larutan (PA) sama dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni (PAo) dengan fraksi mol dalam larutan (XA)”. Apabila zat terlarut mudah menguap dapat ditulis pula PB = XB.PBo.
Dalam larutan ideal semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti
Hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Namun zat terlarut dalam
larutan tak ideal encer mengikuti Hukum Hendry, bukan Hukum Raoult
(Petrucci, 1984: 63-64).
Titik beku larutan lebih rendah dari pada titik beku pelarut yang murni. Larutan gula misalnya membeku di bawah suhu 0oC. Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku pelarut disebut penurunan titik beku larutan (DTf).
Penurunan titik beku larutan ini juga sebanding dengan konsentrasi zat
yang terlarut. Dan hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus
DTf = m. Kf
Seperti
halnya dengan kenaikan titik didih, maka penurunan titik beku larutan
ini juga dapat dipakai untuk menentukan berat molekul zat yang
dilarutkan (Sastrawijaya, 1993: 84).
Larutan
yang mengandung zat terlarut tak volatil dapat menurunkan tekanan uap
pelarut. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin besar penurunan
tekanan uapnya. Biasanya bila berbicara tentang titik beku atau titik
didih, orang sepakat bahwa itu berlaku untuk kondisi 1 atm. Istilah yang
lebih eksak untuk titik itu adalah titik beku dan titik beku normal.
Dalam lampiran kita dapat mempunyai harga-harga Tf dan Tb untuk sejumlah zat. Metode untuk menduga Tb
biasanya kurang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Bondi sfus lebih
besar bila molekul dapat memiliki sejumlah orientasi dalam fase cair
dibanding dalam wujud padatnya. Jadi sfus lebih kecil untuk molekul
sferik, kauk dan Tf lebih tinggi dari pada untuk molekul
berukuran sama yang anisometrik dan lentur. Bagaimanapun Eston
mengusulkan penggunaan metode interpolasi untuk mengkorelasikan
titik-titik beku pada deret homolog. Untuk deret seperti itu, ia membuat
grafik (Tb - Tf) / Tf
Vs berat molekul. Kecuali barang kali untuk anggota pertama deret
grafik tersebut menghasilkan sebuah garis lurus (Reis, 1999: 1).
Perubahan
suhu berbanding lurus dengan perubahan tekanan uap untuk konsentrasi
zat terlarut yang cukup rendah, penurunan titik beku berkaitan dengan
molalitas total melalui
DTf = Tfo - Tf = Kf ´ m
Dengan Kf
adalah tetapan positif yang hanya bergantung pada sifat pelarut. Gejala
penurunan titik beku menyebabkan kenyataan bahwa air laut yang
mengandung garam terlarut memiliki titik beku yang lebih rendah daripada
air segar. Larutan garam pekat memiliki titik beku yang lebih rendah
lagi. Pengukuran titik beku seperti halnya peningkatan titik didih yang
dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Jika suatu zat berdisosiasi dalam larutan maka molalitas total semua
spesies yang ada (ionik atau netral) harus digunakan dalam perhitungan
(Norman, 2001: 167).
C. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum penurunan titik beku larutan, antara lain:
1. Thermometer
2. Erlenmeyer (sebagai tabung D)
3. Gelas ukur 25 mL
4. Neraca analitik
5. Stop watch
6. Botol timbang (sebagai tabung B)
7. Beaker gelas 100 mL (sebagai tabung E)
8. Botol semprot
9. Beckman’s feezing point apparatus
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum penurunan titik beku larutan, antara lain:
1. Naftalena
2. Asam cuka glasial
3. Garam dapur
4. Es batu
5. Zat X
6. Aquades
D. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum penurunan titik beku larutan dapat dilihat dalam diagram alir berikut.
E. Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dalam praktikum penurunan titik beku larutan dapat dilihat dalam tabel berikut.
1. Penentuan titik beku asam asetat glasial
Volume asam cuka = 10 mL
Berat jenis asam cuka = 1,05 g/mL
Berat asam cuka = 10,5 gram
Waktu (menit)
|
2
|
5
|
7
|
10
|
15
|
20
|
30
|
Suhu (oC)
|
21
|
18
|
17
|
13
|
6
| | |
Titik beku asam cuka Tfo = 6oC
2. Penentuan tetapan titik beku asam asetat glasial
Berat naftalena = 0,1 gram
Waktu (menit)
|
2
|
5
|
7
|
10
|
15
|
20
|
30
|
Suhu (oC)
|
-1
|
-2
|
-2
| | | | |
Titik beku larutan naftalena (Tf) = -2oC
Penurunan titik beku larutan naftalena (DTf) = Tfo - Tf = 6 - (-2) = 8oC
Kf asam cuka
3. Penentuan berat molekul zat X
Volume asam cuka = 10 mL
Berat asam cuka (W) = 1,05 g/mL
Berat zat X (W1) = 0,1 gram
Waktu (menit)
|
2
|
5
|
7
|
10
|
15
|
20
|
30
|
Suhu (oC)
|
-4
|
-5
|
-5
| | | | |
Titik beku larutan X = -2oC
Penurunan titik beku pada larutan X (DTf) = Tfo - Tf = 8- (-5) = 13oC
F. Pembahasan
Larutan
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat
penting dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku
adalah temperatur tetap dimana suatu zat tepat mengalami perubahan wujud
dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami pembekuan memiliki
tekanan 1 atm. Penambahan zat terlarut nonvolatil ke dalam suatu pelarut
menyebabkan terjadinya penurunan titik beku. Keberadaan
partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan
molekul-molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga
diperlukan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat
dari fasa cairnya. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penurunan
titik beku suatu larutan yang keadaannya ditambahkan zat terlarut.
Dari hasil pengamatan tentang penurunan titik beku larutan, diperoleh titik beku asam asetat glasial atau asam cuka ini adalah 6oC pada waktu 15 menit, sedang penurunan titik bekunya adalah 8oC, dan Kf dari asam asetat glasial itu sendiri adalah 107,52oC/m.
Nilai titik beku asam asetat ini berbeda jauh dengan nilai titik beku
asam asetat secara teori. Titik beku asam asetat secara teori adalah
16,6oC. Perbedaan ini mungkin saja disebabkan oleh es batu
yang ada pada erlenmeyer (tabung E) yang digunakan untuk membekukan asam
asetat ini sedikit demi sedikit mulai mencair. Oleh karena itu agar
asam asetat galsial ini membeku pada suhu 16,6oC ini, es batu
yang ada di dalam tabung E perlu diberi garam dapur lebih banyak lagi
sehingga es batu yang ada tetap membeku atau dengan kata lain tidak
cepat mencair, sebab garam dapur ini dapat mengikat oksigen yang ada
pada air dalam bentuk es batu. Selain itu mungkin juga disebabkan oleh
keadaan sekitar lingkungan dari sistem ini (larutan). Namun jika kita
tinjau kembali kegunaan garam dapur ini, kita akan menemukan hal yang
bertolak belakang dari fungsi garam dapur pada percobaan ini. Misalnya
pada musim salju, untuk mengubah salju yang jatuh ke tanah agar segera
mencair dan tidak membeku, diatas salju ini disebarkan garam dapur, yang
tujuannya agar titik beku air dalam salju turun sehingga salju dapat mencair dan salju mengalir ke saluran-saluran pembuangan.
Seadngakan harga Kf asam asetat glasial yang diperoleh secara praktikum berbeda jauh dengan Kf asam asetat secara teori, dimana harga Kf asam asetat secara teori adalah 3,57oC/m.
Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang
baik, baik itu dari wadah tempat zat ini dimasukkan dan alat yang
digunakan untuk mengaduknya. Dengan cara kriokopis, kita juga dapat
menentukan berat molekul zat yang dilarutkan dalam asam asetat glasial
ini. Dari hasi pengamatan dan perhitungan diperoleh berat molekul dari
zat X ini adalam 78,76 g/mol. Dimana nilai ini diperoleh dari hasil bagi
antara berat zat terlarut dikali dengan 1000 dikali dengan harga Kf yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dibagi dengan penurunan titik beku larutan dikalikan dengan berat pelarutnya sendiri.
G. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahahasan dapat ditarik kesimpulan dari
praktikum penurunan titik beku larutan adalah sebagai berikut.
1. Nilai
titk beku asam asetat glasial secara praktikum berbeda dengan nilai tik
beku asam asetat secara teori, bergitu juga dengan tetapan penurunan
titik beku molal asam asetat glasial ini berbeda secara teori dan
praktikum.
2. Dari nilai-nilai yang ada dapat ditentukan nilai berat moleku zat X yang ada dalam larutan dengan menggunakan cara kriokopis.
2. Saran
Saran
saya dalam paraktikum kali ini adalah agar waktu respon ditambah
beberapa menit lagi bila diadakan praktikum dengan menggunakan
bahan-bahan berbahaya sebaiknya menggunakan kaos tangan demi keselamatan
para praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, Irfan, 1994. Kimia. Erlangga, Jakarta.
Norman, 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph, 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Moder. Erlangga, Jakarta.
Reis, 1999. Sifat-Sifat Gas dan Zat Cair. Gramedia, Jakarta.
Sastrawijaya, Tresna, 1993. Kimia Dasar 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment